Mengenang Agista di Momen Tiga Tahun Kepemimpinan Aman

0
427
Pose bersama (kiri-kanan) Ketua DPRD Sultra Abdurrahman Shaleh, Gubernur Ali Mazi, Wagub Lukman Abunawas dan Bupati Kolaka Timur Andi Merya Nur usai penyerahan cinderamata pada momen acara ekspouse tiga tahun kepemimpinan AMAN, Senin (6/9/2021)

MCNEWSULTRA.ID, Kendari – Momen acara ekspouse tiga kepemimpinan Ali Mazi – Lukman Abunawas membangun Sultra sedikit terasa berbeda. Tidak ada suasana euforia berlebihan dalam Aula Bahteramas Kantor Gubernur Sultra, lokasi acara ekspouse, Senin (6/9/2021).

Selain aturan PPKM membatasi berbagai kegiatan skala besar, ekspouse kali ini juga diwarnai momen mengenang sosok almarhumah Agista Ariany Bombana, istri Gubernur Ali Mazi yang wafat pada Selasa (13/7/2021).

Rasa haru kehilangan juga dirasakan Wakil Gubernur Lukman Abunawas saat memberikan sepatah kata terkait komitmen terus mendampingi Ali Mazi memimpin Sultra hingga akhir masa jabatan.

“Sebagai wakil gubernur, inshaallah akan selalu setia dan taat mendamping Bapak Ali Mazi. Di mana pun dan kondisi bagaimana pun. Walau pun diakhir masa jabatan kami istri atau pendamping kami, meninggalkan kami sebagai cobaan Allah SWT,” ucap Lukman terbata-bata.

Sebuah tayangan video in memoriam Agista diputar diiringi narasi oleh Ketua TP PKK Sultra Hj Nur Endang Abbas dan alunan lagu sedih seolah menambah duka mendalam kehilangan sosok Ketua KONI Sultra itu.

Gubernur Ali Mazi dalam pemaparannya mengungkapkan sejumlah capaian pembangunan yang diraih selama memimpin Sultra bersama Lukman Abunawas. Tegasnya, ada empat indikator capaian dalam kurun tiga tahun ini.

Pertama, pertumbuhan ekonomi. Perekonomian Sultra di sepanjang tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar 0,65 persen. Ini merupakan capaian terendah selama tiga tahun teralhir yang disebabkan oleh pandemi.

Padahal, dalam lima tahun sebelum pandemi Covid-19, pertumbuhan ekonomi di Sultra selalu berada di atas rata-rata nasional, dengan nilai di atas enam persen per tahun.

“Pandemi Covid-19 telah menghambat laju pertumbuhan semua lapangan usaha ekonomi
Sulawesi Tenggara, kecuali sektor informasi dan komunikasi, sehingga hampir semua target pertumbuhan tidak tercapai,” jelasnya sebagaimana dikutip di sultra.prov.go.id.

Kendati demikian, ekonomi Sultra pada Triwulan II tahun 2021 berangsur pulih sehingga dapat tumbuh sebesar 4,21 persen, lebih tinggi dibanding capaian Triwulan II tahun 2020 yang mengalami kontraksi sebesar 2,59 persen.

Dijelaskan, dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha pengadaan listrik dan gas sebesar 16,75 persen, sedangkan dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen ekspor barang dan jasa yang tumbuh sebesar 132,49 persen.

Indikator kedua ialah Gini Ratio. Ini merupakan parameter untuk melihat tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk. Atau dengan kata lain, tingkat pemerataan pendapatan penduduk. Koefisien Gini Ratio yang semakin mendekati nol menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk semakin rendah.

Gini Ratio Provinsi Sultra per Maret 2021 sebesar 0,39. Diharapkan, capaian Gini Ratio Sultra akan terus menurun sehingga target di akhir periode mampu dicapai sebesar 0,38 poin. Berdasarkan ukuran ketimpangan Bank Dunia, maka tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk di Sultra berada dalam kategori sedang.

Indikator ketiga, angka kemiskinan. Sejak pasangan AMAN dilantik, angka kemiskinan telah berhasil diturunkan dari 11,32 persen pada tahun 2018 menjadi 11 persen pada bulan Maret 2020. Namun dampak Covid-19 mengakibatkan persentasenya kembali meningkat pada bulan September 2020 yang mencapai 11,69 persen.

Selanjutnya, seiring dengan pemulihan ekonomi di berbagai sektor, pada Maret 2021 angka kemiskinan kembali mengalami penurunan yang mencapai 11,66 persen atau mencapai 318.700 orang.

“Kondisi ini terjadi salah satunya disebabkan oleh banyaknya penduduk yang kehilangan pekerjaan serta rentan miskin sehingga tidak dapat bertahan akibat ketidakmampuannya memenuhi kebutuhan dasar,” katanya.

Indikator keempat, tingkat pengangguran. Angka pengangguran terbuka di Sultra pada bulan Februari 2021 mencapai 4,22 persen. Kondisi ini mengalami penurunan 0,36 persen jika dibandingkan dengan Agustus 2020.

Perbaikan kondisi ekonomi di tengah pandemi memicu kenaikan penyerapan tenaga kerja. Sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian, kehutanan dan kelautan. Disusul sektor pertambangan dan penggalian serta industri pengolahan dengan serapan tenaga kerja mencapai 60 persen.

Secara total, perekonomian Sultra tahun 2020 menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 130,18 triliun rupiah atas dasar harga berlaku. Sedangkan atas dasar harga konstan tahun 2010, mencapai Rp 93,45 triliun. Namun, angka ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2019 akibat pandemi.

“Indikator-indikator tersebut memberikan pesan kepada kita semua bahwa dampak pandemi Covid-19 yang memukul pertumbuhan lapangan usaha, perlu dijawab dengan program dan kegiatan yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat,” papar Gubernur.

Dikatakan, perhatian terhadap implementasi lima program prioritas yang tercantum dalam perubahan RPJMD 2018-2023 perlu ditingkatkan lagi mulai perencanaan, penganggaraan hingga pelaksanaannya pada tahun-tahun yang akan datang.

Dukungan dan kekompakan juga dibutuhkan pemerintah daerah dari seluruh stakeholder yang ada termasuk masyarakat agar kegiatan pembangunan berjalan efektif. Khusus kepada seluruh organisasi perangkat daerah, Gubernur menginstruksikan agar melakukan langkah-langkah inovasi, berpikir dan bertindak cepat.

“Kembali saya ingatkan, bahwa saat ini kita berburu dengan waktu. Jika kita tidak bergerak cepat melakukan lompatan berpikir dan bekerja, maka pasti ketinggalan dan akan banyak program terbengkalai, yang akhirnya pembangunan tidak akan maksimal,” tegasnya. (***)

Reporter : Juhartawan

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini