DPRD Sultra Soroti Proyek Bronjong di Woise dan Latawaro

0
184
Wakil Ketua DPRD Sultra Jumarding (baju kemeja hitam) saat meninjau proyek bronjong di Kolaka Utara

MCNEWSULTRA.ID, Lasusua — Wakil Ketua DPRD Sulawesi Tenggara, Jumarding soroti pekerjaan bronjong yang terpasang di sungai Desa Woise dan Latawaro, Kecamatan Lambai, Kabupaten Kolaka Utara.

Menurutnya, proyek yang dikerjakan tahun 2022 lalu itu menyalahi bestek dan material yang digunakan tidak sesuai perencanaan. Bronjong tidak memiliki kuku juga sayap, hanya duduk seperti pondasi, sehingga amblas saat diterjang banjir.

“Selama ini pemborong dan dinas terkait berdalih kerusakan diakibatkan banjir. Dalih Itu tidak bisa diterima,” tegas Jumarding saat melakukan monitoring di lokasi pembangunan bronjong, Kamis (25/5/2023).

Ketua DPC Partai Demokrak Kolaka Utara itu, juga menyoroti spek material batu yang digunakan sama sekali tidak sesuai standar perencanaan. Tanah sandaran bronjong hanya ditimbung tanpa proses pemadatan lebih dulu.

“Baru yang digunakan kecil, mirip batu pelempar mangga tidak. Sementara dalam perencanaan ditetapkan diameter batu 20 sampai 30 Cm,” urainya.

Tidak hanya itu, pengusaha asal Kolaka Utara itu heran, titik pekerjaan yang awalnya hanya di Desa Woise justru terbagi dua titik, termasuk di Desa Latawaro.

“Saya juga kaget kenapa pekerjaannya berubah. Aspirasi yang kami terima hanya Desa Woise, kenapa pekerjaan dipecah dua,” tukasnya.

Atas temuan tersebut, Jumarding bakal merekomendasikan pembuatan tim inspeksi terdiri dari Inspektorat Sulawesi Tenggara, Dinas SDA dan Bina Maraga, pimpinan DPRD dan komisi yang membidangi masalah itu untuk melakukan inspeksi di lokasi.

“Pekerjaan ini menghabiskan anggaran kurang lebih Rp 500 juta. Dibangun tahun 2022 dan menurut informasi amblas akibat banjir pada Desember 2022 lalu,” imbuhnya.

Sementara itu, Pengawas Dinas SDA dan Bina Marga Sulawesi Tenggara, Anca Yusran yang ditemui di lokasi membenarkan, material batu yang digunakan kecil dan tidak sesuai ukuran. Namun, secara teknis pekerjaan yang dilakukan kontraktor tidak terlalu jauh melenceng.

“Memang batunya ada yang kecil, secara teknis tidak terlalu jauh melenceng. Galiannya ada, bronjongnya juga pake kuku. Kalau tidak pake kuku sekali, dihantam banjir habis ini semua,” ulasannya.

Kata dia, bronjong itu amblas disebabkan adanya aliran air dari jalan yang masuk ke belakang bronjong, ditambah hantaman banjir. Tapi secara keseluruhan bronjongnya sepanjang 70 meter di Desa Latawaro ini semuanya pake kuku.

Terkait pekerjaan yang dibagi menjadi dua titik. Menurutnya itu tidak melanggar, karena masih satu aliran sungai, terlebih kondisinya sama-sama emergency.

“Kemarin itu pak Desa Latawaro minta juga. Nah, kebetulan tahun lalu ada pekerjaan di desa bersangkutan sehingga kami sambung tapi tidak semua. Kalau saya itu tidak melanggar prosedur, karena masih satu aliran sungai,” pungkasnya.

Bronjong atau gabion sendiri adalah anyaman kawat baja yang berbentuk kubus atau balok dan berisi dengan batu-batuan. Biasanya digunakan sebagai dinding penahan tanah di area tebing, lereng, dan tepi sungai.

Anyaman kawat baja ini berbentuk segi enam dan terikat sangat kuat karena pengerjaannya menggunakan mesin selain itu material kawat baja yang digunakan adalah kawat baja yang telah dilapis Galvanis sehingga tahan terhadap korosi. (***)

Reporter : Andi Momang

Komen FB

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini