Tangis Bahagia di Balik Kisah Pilu Calon Prajurit Muda

0
815
Baharudin (kiri) dan Hasrin (kanan) dua dari 89 peserta Secata PK TNI AD Gelombang I Tahun 2021

Seleksi penerimaan Tamtama TNI Angkatan Darat tahun 2021, menyisakan banyak kisah pilu bagi sebagian peserta seleksi. Obsesi menjadi prajurit harus melewati banyak rintangan. Ketika dinyatakan lolos mengikuti pendidikan lanjutan, di situlah tangis bahagia tercurahkan untuk orang-orang tercinta, bangga mewujudkan mimpi, terharu bisa menaikkan derajat keluarga.

MCNEWSULTRA.ID, Kendari – Memori pilu tahun 2019 lalu mungkin sulit dilupakan Hasrin. Yah, dia harus kehilangan sang kakak untuk selamanya yaitu mendiang Praka Anumerta Risno.

Almarhum Praka Risno tercatat satu dari 12 korban tragedi jatuhnya Helikopter MI-17 di Pegunungan Mandala, Distrik Oksop, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.

Semasa hidup anggota Batalyon Yonif 725 Woroagi itu punya impian agar adiknya, Hasrin, dapat mengikuti jejaknya menjadi Prajurit TNI AD.

Harapan itu kini sudah terwujud, meski Praka Risno sudah wafat. Hasrin berhasil menembus pendidikan Sekolah Calon Tamtama Prajurit Karier (Secata PK) di Makassar, Sulawesi Selatan.

“Tahun lalu kakak Hasrin bernama Rasdin sudah lebih dulu lulus dan kini menyandang pangkat prajurit dua, bahkan sedang mengikuti sekolah kesenjataan infanteri,” ungkap Plh Kapenrem 143/HO Letda Inf Rusmin Ismail, Selasa (20/4/2021).

Tahun ini, kata Rusmin, Hasrin juga lolos seleksi tingkat pusat Secata PK TNI AD Gelombang I Tahun 2021. Dia sudah menunaikan janjinya pada sang kakak almarhum Praka Risno untuk masuk dalam barisan TNI AD.

Sementara itu, sukses masuk pendidikan tamtama menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Hasrin dan keluarganya, utamanya kedua orangtuanya. Dia bahagia, tetapi juga menangis karena kakaknya tak bisa melihatnya melangkah sejauh ini.

“Saya bahagia, orangtua juga begitu. Saya cuma berharap dan berdoa agar kakak saya (Almarhum Praka Risno) bisa tersenyum dan tenang di alam sana. Janji dan niatmu membahagiakan keluarga akan kami tunaikan semua,” ujarnya.

Cerita berbeda juga datang dari peserta lain yaitu Baharudin. Perjuangan pemuda satu ini juga tak bisa dipandang sebelah mata. Keterbatasan ekonomi keluarga tak menyurutkan semangatnya untuk membuktikan bahwa dia layak menjadi prajurit TNI AD.

Informasi Kapenrem 143/HO menyebutkan, kedua orangtua Baharudin yaitu La Halia (49) dan Wa Ode Bia (47) hanya berprofesi sebagai pedagang asongan di bilangan lampu merah pasar panjang Wuawua, Kota Kendari.

“Sekitar tujuh tahun ibu dan bapaknya mangkal sambil jualan kerupuk dari pagi hingga sore. Hasil jualan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebagian disisihkan untuk biaya pendidikan Baharuddin,” ungkap Plh Kapenrem 143/HO, Letda Inf Rusmin Ismail.

Baharudin tercatat salah seorang alumni SMA Kartika XX-2 Kota Kendari, sebuah sekolah milik Yayasan TNI AD. Pencapaian itu dinilai ikut membanggakan keluarga besar Yayasan TNI AD yang menaungi SMA Kartika.

Bagi La Halia, kelulusan anaknya masuk dalam Secata PK seolah sebuah berkah tak terhingga. Dia tak menyangka Baharudin masuk dalam deretan 89 peserta asal Sultra yang lolos.

“Alhamdullilah Pak, bahagia dan bangga rasanya. Anak saya jadi tentara, terima kasih. Semoga dia (Baharudin) sehat selalu dan bisa menyelesaikan pendidikan,” tuturnya.

Kesan bahagia juga ditunjukkan Baharudin. Ada rasa kepuasan karena perjuangannya tidak sia-sia sekaligus menunjukkan bahwa siapa pun bisa menjadi prajurit.

“Saya buktikan bahwa siapa saja bisa menjadi prajurit TNI AD, memang tidak mudah dan penuh perjuangan tapi nyatanya anak penjual asongan bisa,” pungkasnya.

Untuk diketahui, sebanyak 89 pemuda dari Sultra berhak mengikuti pendidikan di Rindam XIV/hsn di Kota Makassar. Sedangkan 53 orang lainnya harus mengubur sementara impian menjadi anggota TNI AD tahun ini. (***)

Reporter : Juhartawan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini