Pentas Kriya Samsara Arunakara Bens’Fis UHO, Terinpirasi Film KKN di Desa Penari

0
876
Para talent Arunakara Bengkel Seni Fisip (Bens’Fis) usai pentas teater Kriya Samsara. (Insert) Syesyliya selaku talent dan penulis naskah

MCNEWSULTRA.ID, Kendari – Arunakara Bengkel Seni Fisip (Bens’Fis) Universitas Halu Oleo (HO) Kendari menggelar pentas seni teater. Pentas teater itu mengusung tema budaya yang menekankan pentingnya merawat hukum adat Suku Tolaki.

Kegiatan yang melibatkan mahasiswa FISIP UHO itu berlangsung di Pagelaran Budaya, halaman Taman Kantor Budaya, Kota Kendar, Rabu (30/10/2024).

Salah satu talent sekaligus penulis naskah, Syesyliya mengatakan, teater ini berjudul Kriya Samsara bermakna sebuah karya/kerajinan yang dihasilkan berdasarkan kepercayaan dua dunia. Antara alam nyata dan alam gaib.

“Arunakara Bens’Fis mengambil kisah legenda dari Kerajaan Wawolesea yaitu Sang Putri Wawolesea yang terkenal otoriter dan arogan,” tutur Syesyl.

Kisah itu dipadukan oleh penulis dengan bumbu ide lain yang terinspirasi dari film KKN di Desa Penari, dimana teater ini berlatar 1993.

Runutan cerita, kata dia, diawali dengan tarian Umoara dan Mondotambe, kemudian di pertengahan pentas kembali ditampilkan tari Lulo. Dikisahkan lagi lima orang mahasiswa jurusan sejarah, tengah melakukan sebuah penelitian di Wawolesea.

Namun dua diantaranya melakukan pelanggaran adat yaitu berbuat asusila di sebuah tempat yang dianggap sakral masyarakat. Lokasi itu adalah batu kapur yang dipercayai sebagai singgasana Sang Putri Wawolesea.

Dalam penampilan ini juga, ada praktik peohala yang dilakukan oleh para talent, diiringi intrumen musik gambus. Saat ritual terdapat Kalosara sebagai simbol hukum adat tertinggi bagi Suku Tolaki.

Kalo itu digunakan dalam setiap bidang kehidupan masyarakat Tolaki sebagai tanda perdamaian.

“Dalam penampilan kali ini, saya berharap semua yang menyaksikannya dapat menangkap pesan yang sama, bahwa hukum adat dan menghargai adat-istiadat itu penting adanya” ucapnya.

Menurutnya, kadang sebagian orang menilai tradisi itu bersifat kuno, namun apa pun adanya itu bagian dari nilai kebudayaan daerah yang dijaga kelestariannya.

“Saya pribadi berharap, agar semua pegiat-pegiat teater diluar sana selalu menampilkan hal positif dengan pesan bermakna di dalamnya. Khususnya, Arunakara Bens’Fis,” tambah Ketua Arunakara Bens’Fis. (M1/red)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini