
Kalau salah bisa diperbaiki, kalau gagal bisa dicoba lagi. Tetapi kalau menyerah maka semua selesai. Kalimat spirit itu mungkin pantas disematkan pada Bayu Rahmat. Baginya, tidak masalah hidup dihantam badai kegagalan, tetapi terus berjuang itu harga mati sebuah prinsip.
MCNEWSULTRA.ID, Kendari – Seleksi Pusat Calon Tamtama Prajurit Karir (Cata PK) TNI AD Gelombang I TA 2021, menyisakan cerita menarik. Tercatat ada 1.484 orang pendaftar online, namun hanya 913 orang yang siap mengikuti ketatnya proses seleksi.
Semangat memang sama, tetapi nasib bicara lain. Dalam rapat sidang Penilaian Panitia Penentu Terakhir (Pantukhir), Jumat (2/4/2021), dengan berat hati Danrem 143/HO Brigen TNI Jannie A Siahaan menegaskan, sebanyak 771 orang peserta seleksi harus mengubur sementara impian jadi prajurit.
Hasil penilaian panitia hanya 142 orang yang layak meneruskan tahapan seleksi ke tingkat pusat di Makassar, Sulawesi Selatan. Dari keseluruhan 142 peserta tersebut juga sudah bisa dipastikan 47 orang akan pulang karena Sultra hanya mendapat kuota 95 calon prajurit yang akan dinyatakan lulus.
Satu dari 142 orang peserta mengikutkan nama Bayu Rahmat. Pemuda berusia 20 tahun asal Desa Wambuloli, Kecamatan Mawasangka, Buton Tengah yang kini kembali berjuang merawat mimpi jadi prajurit TNI Angkatan Darat.
Putra pasangan La Uli (48) dan Hamsia (46) memang belum pernah merasakan iklim pertempuran di medan perang. Namun dia sudah harus ‘berperang’ melawan kegagalan berkali-kali. Sebuah semangat besar merawat mimpi yang cukup luar biasa.
Demi menggapai mimpinya jadi prajurit sejati dia rela mengalami kegagalan sembilan kali. Nyali besar seolah menunjukkan pada semua orang bahwa dirinya pantas menjadi prajurit dengan risiko penugasan sekeras apapun.
“Ini seleksi kesepuluh dia jalani setelah beberapa kali gagal. Tahun ini dia akan menyambung mimpinya di Makassar. Bayu Rahmat, dia contoh generasi muda yang patut diacungi jempol, luar biasa semangatnya,” ungkap Plh Kapenrem 143/HO Letda Inf Rusmin Ismail dalam rilisnya, Minggu (4/4/2021).
Informasi menyebutkan, Rahmat Bayu juga pernah menguji peruntungan dalam empat kali seleksi anggota TNI Angkatan Laut dan dinyatakan gagal. Lalu obsesinya pun berlanjut mengikuti seleksi TNI AD sebanyak enam kali. Baru seleksi tahun ini anak dari nelayan dan penjual gorengan itu menembus tahap seleksi tingkat pusat.
Menurut Rusmin, Bayu kini tinggal bersama neneknya di Buton Tengah. Sedangkan kedua orangtuanya menetap di Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah untuk mencari nafkah.
Lolos ke seleksi berikutnya sedikit membuka asa Bayu Rahmat mewujudkan mimpi berada dalam barisan prajurit tangguh Indonesia. Menjadi korps uniform loreng sudah menjadi cita-citanya sejak kecil.
“Dulu waktu kecil saya lihat prajurit itu gagah dengan seragamnya. Makanya saya ingin sekali jadi tentara. Saya sudah bertekad tidak akan berhenti berjuang sebelum mimpi bisa saya raih. Inshaallah saya pasti bisa,” tegasnya.
Diakui, sejak tamat di bangku SMA dia pun berniat mendaftar menjadi tentara. Tahun 2019 awalnya dia mengikuti seleksi anggota TNI AL, namun nasib belum berpihak padanya. Tahun ini kesempatan cukup terbuka, targetnya masuk dalam deretan 95 orang peserta yang lulus di Makassar nanti.
Hamsia, ibunda Bayu menuturkan, semangat anaknya ingin menjadi prajurit sudah tertanam sejak masih kecil. Selain memang ingin jadi tentara, Bayu juga ingin membuat orangtuanya bangga dan bahagia.
“Kita dari sini hanya mendukung dan mendoakan Bayu Rahmat semoga apa yang dia cita –citakan untuk mengabdi kepada bangsa dan Negara bisa tercapai,” ungkap Hamsia di balik telepon. (***)
Reporter : Juhartawan