MCNEWSULTRA.ID, Langara – Kasus stunting (kekerdilan) pada balita tetap menjadi fokus perhatian Pemerintah Kabupaten Konawe. Namun penanganan risiko stunting mesti melibatkan semua stakeholder.
“Stunting merupakan isu nasional lintas sektor. Jadi penanganan perlu upaya terpadu baik pemerintah pusat maupun dari pemerintah daerah,” ungkap Bupati Konkep, Amrullah dalam kegiatan sosialisasi yang digelar BKKBN Sulawesi Tenggara di Langara, Senin (31/5/2021).
Sosialisasi itu bertajuk Promosi dan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) Pengasuhan 1000 hari pertama dalam upaya pencegahan stunting melalui Adbokasi pada Pemangku Kebijakan Daerah.
Ditegaskan, usaha menurunkan angka stunting bukan hanya tupoksi jajaran kesehatan, tetapi perlu satu kesatuan terintegrasi mulai dari pengambilan kebijakan dari OPD terkait, camat, kepala desa, organisasi wanita, Dharma Wanita, TP PKK dan lainnya.
Untuk itu, Diharapkan setiap OPD terkait agar dapat secara sinergis melakukan kegiatan dengan mengoptimalkan seluruh sumber daya yang ada. Hal itu selaras dengan lima pilar pembangunan yang tertuang dalam RPJMD yaitu Wawonii Cerdas, Wawonii Sehat, Wawonii Produktif, Wawonii Berbudaya dan Wawonii Peduli
Sementara itu, Kabid Pengembangan Teknologi Pembelajaran BKKN Sultra, Min Rahmatin mengatakan, secara nasional pemerintah sedang berusaha mengatasi permasalahan gizi ganda yaitu kekurangan gizi kurus dan pendek pada balita.
“Stunting merupakan sebuah kondisi dimana tinggi badan anak lebih rendah dibandingkan dengan tinggi badan tubuh sebenarnya,” katanya.
Hal ini disebabkan karena kekurangan gizi kronis sejak bayi dalam kandungan dan hingga usia dua tahun yang dikenal dengan masa 1000 hari pertama kehidupan.
“Jadi kami melalui program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) kita berupaya meningkatkan sinergitas kegiatan bersama mitra kerja untuk ketahanan dan kesejahteraan keluarga,” terangnya.
Dia menjelaskan, masa remaja mempersiapkan dan merencanakan kehidupan berkeluarga di masa depanya. Merencanakan jumlah dan jarak kelahiran akan melahirkan generasi berkualitas .
“Caranya menghindari empat yaitu dengan menghindari empat terlarang yakni jangan hamil atau melahirkan terlalu muda, hamil atau melahirkan terlalu tua. Lalu jaraknya jangan rerlalu dekat dan tidak terlalu sering,” jelasnya.
Dia pun berharap penanganan stunting tidak meributkan dampak hilir saja, tetapi juga mesti memikirkan hulunya. Jadi fokusnya bukan hanya menekan angka kasus hingga 14 persen, tetapi lupa membereskan penyebabnya.
Hasil penelusuran data mcnewsultra.id, angka prevalensi stunting di Konawe Kepulauan masih rendah. Data sebaran stunting Bangda Kemendagri tahun 2021 menyebutkan prevalensi stunting di wilayah Konkep cuma 3,2 persen.
Sedangkan tiga kabupaten lainnya yaitu Buton Selatan, Buton dan Wakatobi justru masih melewati batas ambang yang ditetapkan WHO yaitu 20 persen. (***)
Reporter : Kardin
Editor : Juhartawan