
MCNEWSULTRA.ID, Kendari – Masa Pandemi Covid-19 memicu tekanan berat di sektor pelaku Usaha Menengah, Kecil dan Mikro (UMKM). Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menlai perlu upaya serius mengasah kembali daya saing UMKM pasca Pandemi nanti demi memacu pertumbuhan ekonomi nasional.
Hal itu ditegaskan saat melakukan kunjungan kerja di Kendari sekaligus menghadiri talkshow bertajuk Sinergi dan Kolaborasi dalam Pemberdayaan UKM Guna Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di kantor Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Kendari, Sultra, Sabtu (12/12/2020).
Menurutnya, tiga transformasi UMKM tersebut adalah, pertama, transformasi UMKM dari informal ke formal. Ia melihat, saat ini masih banyak koperasi dan UMKM yang belum berbadan hukum.
“Dari badan hukum ini UMKM akan terus berkembang. Pasca pandemi, banyak muncul usaha mikro baru akibat dampak pemutusan kerja saat Covid-19 memilih untuk menjadi usaha mikro. Jadi potensi ke depan munculnya usaha mikro makin banyak,” terangnya.
Kementerian Koperasi dan UMKN, lanjutnya, ingin mendorong usaha mikro dan kecil mampu tumbuh ke atas. Saat ini masih banyan pelaku usaha belum memiliki badan hukum dan dalam struktur mikro pelaku usaha mikro tidak berubah dari waktu ke waktu.
“Masalah izin pendirian koperasi ini di Undang-Undang Cipta Kerja makin dimudahkan, sekaligus mendorong kesempatan UMKM naik kelas,” katanya.
Kedua lanjut dia, adalah transformasi digital. Untuk marketing pemasaran nanti lebih efisien bisnisnya lewat proses digital, termasuk dari sisi payment digital. Itu penting disiapkan UMKM untuk dihubungkan ke ekosistem digital.
“Sekitar 93 persen wilaya Indonesia kalau dari catatan e-commerce sekarang bisa diakses lewat pasar digital. Jadi ada keterkaitan dengan perbaikan infrastruktur internet, juga termasuk infrastruktur logistik,” terangnya.
Ditegaskan, saat ini UMKM juga sudah dibantu oleh program Pasar Digital (PaDi) sebuah program kerjasa kemenkop UKM dengan sembilan BUMN. Tujuannya mendorong peluang pasar UMKM jauh lebih terbuka luas.
Yang ketiga adalah transformasi teknologi produksi, supaya UMKM memiliki daya siang. Teten pun mengeluhkan banyaknya market dalam negeri yang diserbu produk impor lewat e-commerce.
“Kalau UMKM mau bersaing, maka harus ada standarisasi global. Ini sedang terus kita rancang,” imbuhnya.
Diakui pula Teten, UMKM terkena dampak langsung dari dua sisi yaitu sisi supply dan demand, sehingga dibutuhkan strategi UMKM ke rantai pasok nasional maupun global, juga klaster, komoditas maupun digitalisasi.
Ia menyebut, jumlah UMKM sebanyak 64 juta sekitar 22,9 persen mengalami penurunan penjualan, 20 persen distribusi terganggu, 19,3 persen terkendala modal dan sekitar 18 mengalami kesulitan bahan baku.
“Di tengah daya beli turun, maka penting ekonomi nasional digerakkan oleh belanja pemerintah. Kami juga menggerakan beli produk UMKM lewat Gerakan Belanja Buatan Dalam Negeri,” tuturnya.
Di kesempatan yang sama, Menkop Teten juga mengapresiasi penyelenggaran bazaar UMKM oleh Pemerintah Provinsi Sultra. Ia berharap, upaya ini makin menambah penjualan dan omzet UMKM.
Terpisah, Gubernur Sultra Ali Mazi menegaskan, pelaku UMKM menjadi tumpuan harapan untuk menyerap lapangan kerja, sumber pendapatan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Kelompok usaha ini sangatklah rentan dengan kegagalan karena berbagai faktor, mulai dari permodalan, teknologi, hingga pemasaran,” ungkapnya ketika membawakan sambutan dalam acara Semarak Pasar UKM Sulawesi Tenggara 2020.
Pemprov Sultra, katanya, telah berupaya memberi perhatian berupa bantuan permodalan, bantuan keringanan kredit perbankan, pendidikan dan pelatihan, hingga fasilitasi pemasaran dengan melibatkan stakehoder terkait. (***)
Reporter : Juhartawan