
MCNEWSULTRA.ID, Tirawuta – Potensi bencana Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di wilayah Provinsi Sultra cukup besar. Paling tidak dua daerah teridentifikasi sebagai wilayah paling rawan karhutla yaitu Kabupaten Bombana dan Kolaka Timur.
Penegasan itu diutarakan Gubernur Sultra Ali Mazi ketika memimpin Apel Siaga Karhutla tingkat provinsi di Lapangan Lalolae, Kolaka Timur, Sabtu (10/4/2021). Semua pihak diharapkan bersatu melakukan pencegahan bencana karhutla sejak dini.
Turut hadir dalam agenda itu Plt Bupati Koltim Andi Merya Nur, Bupati Kolaka Ahmad Safei, Kapolda Sultra Irjen Pol Yan Sultra Indrajaya, Wakajati Sultra Akhmad Yani, Sekdaprov Nur Endang Abbas dan lainnya.
“Olehnya itu, saya menyambut baik dan mengapresiasi atas terselenggaranya apel siaga ini. Maksud dan tujuan pelaksanaan apel ini dalam rangka menyamakan langkah dan menyatukan tekad untuk saling bahu membahu menangani karhutla di Sultra,” ujar gubenur.
Peristiwa karhutla, kata dia, menyebakan kerugian tidak sedikit, baik secara ekologi, ekonomi, maupun sosial. Asap akibat dari kebakaran hutan lahan tersebut tidak mengenal batas wilayah dan berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat, khususnya yang berada dekat dengan lokasi kejadian.
“Salah satu pertimbangan pelaksanaan apel siaga di Koltim ini, karena setiap tahun terjadi karhutla di Rawa Gambut Lalolae. Tahun 2019 lalu, jumlah karhutla di titik ini sebanyak 51 kali dengan luas 942,15 Ha,” ungkapnya.
Pengendalian karhutla, lanjut gubernur, merupakan program pemerintah pusat dengan arahan Presiden pada Rapat Nasional Penanggulangan Karhutla 22 Februari lalu. Arahannya itu meliputi mengutamakan pencegahan karhutla infrastruktur pemantauan dan pengawasan harus sampai ke tingkat bawah.
Lalu mencari solusi yang permanen, penataan ekosistem gambut, tanggap dan cepat merespon jika terdapat titik api sehingga tidak membesar, dan penegakan hukum yang tegas.
Tindak lanjut dari arahan presiden ini, tutur gubernur, adalah peluncuran program asap digital atau sistem pengendalian karhutla berbasis digital, yang merupakan teknologi pemantauan karhutla.
“Aplikasi ini ditetapkan pada desa-desa rawan bencana karhutla secara berulang-ulang. Memaksimalkan hal tersebut, harus didukung pihak-pihak terkait, baik pemerintah daerah sampai perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan dan kehutanan,” jelasnya.
Usai memimpin apel, gubernur meninjau langsung kesiapan dan kelengkapan penangan karhutla di Rawa Gambut Lalolae. (***)
Reporter : Juhartawan